Penerima Penghargaan 2017: Selamat kepada Noah Hanft, Presiden dan CEO Institut Internasional untuk Pencegahan dan Resolusi Konflik, New York

Basil Ugorji dan Noah Hanft

Selamat kepada Noah Hanft, Presiden dan CEO Institut Internasional untuk Pencegahan dan Resolusi Konflik, New York, karena telah menerima Penghargaan Kehormatan Pusat Internasional untuk Mediasi Etno-Agama pada tahun 2017!

Penghargaan tersebut diberikan kepada Noah Hanft oleh Basil Ugorji, Presiden dan CEO Pusat Internasional untuk Mediasi Etno-Agama, sebagai pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dan sangat penting bagi pencegahan dan penyelesaian konflik internasional.

Upacara penghargaan berlangsung pada tanggal 2 November 2017 saat upacara penutupan Konferensi Internasional Tahunan ke-4 tentang Resolusi Konflik dan Pembangunan Perdamaian Etnis dan Agama diadakan di Aula Pertemuan dan Aula Ibadah Gereja Komunitas New York di Kota New York.

Share

Artikel terkait

Agama di Igboland: Diversifikasi, Relevansi, dan Kepemilikan

Agama merupakan salah satu fenomena sosio-ekonomi yang mempunyai dampak yang tidak dapat disangkal terhadap umat manusia di mana pun di dunia. Meskipun terlihat sakral, agama tidak hanya penting untuk memahami keberadaan penduduk asli tetapi juga memiliki relevansi kebijakan dalam konteks antaretnis dan pembangunan. Bukti sejarah dan etnografis mengenai berbagai manifestasi dan nomenklatur fenomena agama berlimpah. Bangsa Igbo di Nigeria Selatan, di kedua sisi Sungai Niger, adalah salah satu kelompok budaya kewirausahaan kulit hitam terbesar di Afrika, dengan semangat keagamaan yang jelas yang berimplikasi pada pembangunan berkelanjutan dan interaksi antaretnis dalam batas-batas tradisionalnya. Namun lanskap keagamaan di Igboland terus berubah. Hingga tahun 1840, agama dominan masyarakat Igbo adalah agama asli atau tradisional. Kurang dari dua dekade kemudian, ketika aktivitas misionaris Kristen dimulai di wilayah tersebut, sebuah kekuatan baru muncul yang pada akhirnya akan mengubah lanskap keagamaan masyarakat adat di wilayah tersebut. Kekristenan tumbuh mengerdilkan dominasi agama Kristen. Sebelum seratus tahun agama Kristen di Igboland, Islam dan agama lain yang kurang hegemonik muncul untuk bersaing dengan agama asli Igbo dan Kristen. Makalah ini menelusuri diversifikasi agama dan relevansi fungsinya terhadap pembangunan harmonis di Igboland. Ini mengambil data dari karya yang diterbitkan, wawancara, dan artefak. Argumennya adalah ketika agama-agama baru bermunculan, lanskap keagamaan Igbo akan terus melakukan diversifikasi dan/atau beradaptasi, baik untuk inklusivitas atau eksklusivitas di antara agama-agama yang ada dan yang baru muncul, demi kelangsungan hidup Igbo.

Share