Resolusi Konflik Antaragama

Muhammad Abu Nimer

Resolusi Konflik Antaragama di Radio ICERM mengudara pada hari Sabtu, 18 Juni 2016 @ 2 Waktu Bagian Timur (New York).

Muhammad Abu Nimer

Dengarkan acara bincang-bincang Radio ICERM, “Lets Talk About It,” untuk diskusi mencerahkan tentang “Resolusi Konflik Antaragama,” bersama Dr. Mohammed Abu-Nimer, Profesor, School of International Service, American University & Penasihat Senior, Raja Abdullah bin Pusat Internasional Dialog Antaragama dan Antar Budaya Abdulaziz (KAICIID).

Prof Abu-Nimer adalah Penasihat Senior Pusat Internasional Dialog Antaragama dan Antar Budaya Raja Abdullah bin Abdulaziz (KAICIID) dan seorang profesor di School of International Service di American University. 

Pada Program Perdamaian dan Resolusi Konflik Internasional beliau menjabat sebagai Direktur Peacebuilding and Development Institute (1999-2013). Ia telah mengadakan pelatihan resolusi konflik antaragama dan lokakarya dialog antaragama di wilayah konflik di seluruh dunia, termasuk Palestina, Israel, Mesir, Chad, Niger, Irak (Kurdistan), Filipina (Mindanao), dan Sri Lanka.

Dia juga mendirikan Institut Salam untuk Perdamaian dan Keadilan, sebuah organisasi yang berfokus pada pengembangan kapasitas, pendidikan kewarganegaraan, dan dialog antar agama dan antaragama.

Selain banyak artikel dan bukunya, Dr. Abu-Nimer adalah salah satu pendiri dan salah satu editor Journal of Peacebuilding and Development.

Share

Artikel terkait

Agama di Igboland: Diversifikasi, Relevansi, dan Kepemilikan

Agama merupakan salah satu fenomena sosio-ekonomi yang mempunyai dampak yang tidak dapat disangkal terhadap umat manusia di mana pun di dunia. Meskipun terlihat sakral, agama tidak hanya penting untuk memahami keberadaan penduduk asli tetapi juga memiliki relevansi kebijakan dalam konteks antaretnis dan pembangunan. Bukti sejarah dan etnografis mengenai berbagai manifestasi dan nomenklatur fenomena agama berlimpah. Bangsa Igbo di Nigeria Selatan, di kedua sisi Sungai Niger, adalah salah satu kelompok budaya kewirausahaan kulit hitam terbesar di Afrika, dengan semangat keagamaan yang jelas yang berimplikasi pada pembangunan berkelanjutan dan interaksi antaretnis dalam batas-batas tradisionalnya. Namun lanskap keagamaan di Igboland terus berubah. Hingga tahun 1840, agama dominan masyarakat Igbo adalah agama asli atau tradisional. Kurang dari dua dekade kemudian, ketika aktivitas misionaris Kristen dimulai di wilayah tersebut, sebuah kekuatan baru muncul yang pada akhirnya akan mengubah lanskap keagamaan masyarakat adat di wilayah tersebut. Kekristenan tumbuh mengerdilkan dominasi agama Kristen. Sebelum seratus tahun agama Kristen di Igboland, Islam dan agama lain yang kurang hegemonik muncul untuk bersaing dengan agama asli Igbo dan Kristen. Makalah ini menelusuri diversifikasi agama dan relevansi fungsinya terhadap pembangunan harmonis di Igboland. Ini mengambil data dari karya yang diterbitkan, wawancara, dan artefak. Argumennya adalah ketika agama-agama baru bermunculan, lanskap keagamaan Igbo akan terus melakukan diversifikasi dan/atau beradaptasi, baik untuk inklusivitas atau eksklusivitas di antara agama-agama yang ada dan yang baru muncul, demi kelangsungan hidup Igbo.

Share