Sangat Tidak Diinformasikan: Mitos Agama dan Kekerasan

Abstrak:

Klaim bahwa agama dan agama saja yang memotivasi ekstremis untuk melakukan kekerasan adalah sebuah kesalahan informasi yang berbahaya. Dalam makalah ini saya akan berargumentasi bahwa klaim tersebut secara psikologis mencurigakan dan tidak didukung secara empiris. Yang lebih menyedihkan lagi, menghubungkan kekerasan ekstremis dengan keyakinan agama merupakan kesalahan mendasar dalam mengatribusikan kekerasan tersebut. Namun ini bukanlah kesalahan sederhana dan tidak berbahaya. Para pendukung kesalahan ini, terutama jika mereka mempunyai kekuasaan, kemungkinan besar akan meningkatkan kekerasan. Ketika pemahaman menurun, kekerasan meningkat. Mereka bukannya salah, tapi mereka sangat kurang informasi.

Baca atau unduh makalah lengkap:

Clark, Kelly James (2015). Kurang Informasi Berbahaya: Mitos Agama dan Kekerasan

Jurnal Hidup Bersama, 2-3 (1), hlm. 116-124, 2015, ISSN: 2373-6615 (Cetak); 2373-6631 (Online).

@Artikel{Clark2015
Judul = {Kekurangan Informasi Berbahaya: Mitos Agama dan Kekerasan}
Penulis = {Kelly James Clark}
Url = {https://icermediation.org/religion-and-violence/}
ISSN = {2373-6615 (Cetak); 2373-6631 (Online)}
Tahun = {2015}
Tanggal = {2015-12-18}
IssueTitle = {Resolusi Konflik Berbasis Keyakinan: Menjelajahi Nilai-Nilai Bersama dalam Tradisi Keagamaan Ibrahim}
Jurnal = {Jurnal Hidup Bersama}
Volumenya = {2-3}
Angka = {1}
Halaman = {116-124}
Publisher = {Pusat Mediasi Etno-Agama Internasional}
Alamat = {Gunung Vernon, New York}
Edisi = {2016}.

Share

Artikel terkait

Agama di Igboland: Diversifikasi, Relevansi, dan Kepemilikan

Agama merupakan salah satu fenomena sosio-ekonomi yang mempunyai dampak yang tidak dapat disangkal terhadap umat manusia di mana pun di dunia. Meskipun terlihat sakral, agama tidak hanya penting untuk memahami keberadaan penduduk asli tetapi juga memiliki relevansi kebijakan dalam konteks antaretnis dan pembangunan. Bukti sejarah dan etnografis mengenai berbagai manifestasi dan nomenklatur fenomena agama berlimpah. Bangsa Igbo di Nigeria Selatan, di kedua sisi Sungai Niger, adalah salah satu kelompok budaya kewirausahaan kulit hitam terbesar di Afrika, dengan semangat keagamaan yang jelas yang berimplikasi pada pembangunan berkelanjutan dan interaksi antaretnis dalam batas-batas tradisionalnya. Namun lanskap keagamaan di Igboland terus berubah. Hingga tahun 1840, agama dominan masyarakat Igbo adalah agama asli atau tradisional. Kurang dari dua dekade kemudian, ketika aktivitas misionaris Kristen dimulai di wilayah tersebut, sebuah kekuatan baru muncul yang pada akhirnya akan mengubah lanskap keagamaan masyarakat adat di wilayah tersebut. Kekristenan tumbuh mengerdilkan dominasi agama Kristen. Sebelum seratus tahun agama Kristen di Igboland, Islam dan agama lain yang kurang hegemonik muncul untuk bersaing dengan agama asli Igbo dan Kristen. Makalah ini menelusuri diversifikasi agama dan relevansi fungsinya terhadap pembangunan harmonis di Igboland. Ini mengambil data dari karya yang diterbitkan, wawancara, dan artefak. Argumennya adalah ketika agama-agama baru bermunculan, lanskap keagamaan Igbo akan terus melakukan diversifikasi dan/atau beradaptasi, baik untuk inklusivitas atau eksklusivitas di antara agama-agama yang ada dan yang baru muncul, demi kelangsungan hidup Igbo.

Share