Konflik Israel-Palestina

Remonda Kleinberg

Konflik Israel-Palestina di Radio ICERM mengudara Sabtu, 9 April 2016 @ 2 Waktu Bagian Timur (New York).

Remonda Kleinberg Dengarkan acara bincang-bincang Radio ICERM, “Lets Talk About It,” untuk wawancara inspiratif dengan Dr. Remonda Kleinberg, Profesor Politik Internasional dan Komparatif serta Hukum Internasional di Universitas North Carolina, Wilmington, dan Direktur Program Pascasarjana dalam Manajemen dan Resolusi Konflik.

Dalam konflik Israel-Palestina, seluruh generasi masyarakat dibesarkan dalam kondisi permusuhan aktif antara kedua kelompok tersebut, yang memiliki ideologi berbeda, sejarah yang saling terkait, dan geografi yang sama.

Episode ini membahas tantangan besar yang ditimbulkan oleh konflik ini terhadap Israel dan Palestina, serta seluruh Timur Tengah.

Dengan empati dan kasih sayang, tamu kami yang terhormat, Dr. Remonda Kleinberg, berbagi pengetahuan ahlinya mengenai konflik, cara-cara mencegah kekerasan lebih lanjut, dan bagaimana konflik antargenerasi ini dapat diselesaikan dan diubah secara damai.

Share

Artikel terkait

Bisakah Berbagai Kebenaran Ada Secara Bersamaan? Inilah bagaimana sebuah kecaman di DPR dapat membuka jalan bagi diskusi yang alot namun kritis mengenai Konflik Israel-Palestina dari berbagai sudut pandang.

Blog ini menggali konflik Israel-Palestina dengan mengakui beragam perspektif. Hal ini dimulai dengan mengkaji kecaman dari Perwakilan Rashida Tlaib, dan kemudian mempertimbangkan pembicaraan yang berkembang di antara berbagai komunitas – secara lokal, nasional, dan global – yang menyoroti perpecahan yang ada di mana-mana. Situasinya sangat kompleks, melibatkan banyak isu seperti pertikaian antara orang-orang yang berbeda agama dan etnis, perlakuan yang tidak proporsional terhadap Perwakilan DPR dalam proses disipliner DPR, dan konflik multi-generasi yang mengakar. Seluk-beluk kecaman Tlaib dan dampak seismik yang ditimbulkannya terhadap banyak orang menjadikannya semakin penting untuk mengkaji peristiwa yang terjadi antara Israel dan Palestina. Semua orang sepertinya punya jawaban yang benar, namun tidak ada yang setuju. Mengapa demikian?

Share

Konversi ke Islam dan Nasionalisme Etnis di Malaysia

Makalah ini adalah bagian dari proyek penelitian yang lebih besar yang berfokus pada kebangkitan nasionalisme dan supremasi etnis Melayu di Malaysia. Meskipun kebangkitan nasionalisme etnis Melayu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, tulisan ini secara khusus berfokus pada hukum pindah agama di Malaysia dan apakah hal ini memperkuat sentimen supremasi etnis Melayu atau tidak. Malaysia adalah negara multietnis dan multiagama yang memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1957 dari Inggris. Masyarakat Melayu sebagai kelompok etnis terbesar selalu menganggap agama Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas mereka yang membedakan mereka dari kelompok etnis lain yang dibawa ke negara tersebut pada masa pemerintahan kolonial Inggris. Meskipun Islam adalah agama resmi, Konstitusi mengizinkan agama lain untuk dianut secara damai oleh warga Malaysia non-Melayu, yaitu etnis Tionghoa dan India. Namun, hukum Islam yang mengatur pernikahan Muslim di Malaysia mengamanatkan bahwa non-Muslim harus masuk Islam jika mereka ingin menikah dengan Muslim. Dalam tulisan ini, saya berpendapat bahwa undang-undang konversi Islam telah digunakan sebagai alat untuk memperkuat sentimen nasionalisme etnis Melayu di Malaysia. Data awal dikumpulkan berdasarkan wawancara terhadap warga Muslim Melayu yang menikah dengan warga non-Melayu. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas orang Melayu yang diwawancarai menganggap masuk Islam sebagai hal yang penting sebagaimana diwajibkan oleh agama Islam dan hukum negara. Selain itu, mereka juga tidak melihat alasan mengapa orang non-Melayu menolak masuk Islam, karena ketika menikah, anak-anak secara otomatis akan dianggap sebagai orang Melayu sesuai dengan Konstitusi, yang juga memiliki status dan hak istimewa. Pandangan orang non-Melayu yang masuk Islam didasarkan pada wawancara sekunder yang dilakukan oleh ulama lain. Karena menjadi seorang Muslim dikaitkan dengan menjadi seorang Melayu, banyak orang non-Melayu yang pindah agama merasa kehilangan identitas agama dan etnis mereka, dan merasa tertekan untuk memeluk budaya etnis Melayu. Meskipun mengubah undang-undang konversi mungkin sulit, dialog antaragama yang terbuka di sekolah dan sektor publik mungkin merupakan langkah pertama untuk mengatasi masalah ini.

Share

Mengkaji Komponen Empati Interaksional Pasangan dalam Hubungan Interpersonal Menggunakan Metode Analisis Tematik

Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi tema dan komponen empati interaksional dalam hubungan interpersonal pasangan Iran. Empati di antara pasangan sangatlah penting karena kurangnya empati dapat menimbulkan banyak konsekuensi negatif pada tingkat mikro (hubungan pasangan), institusi (keluarga), dan makro (masyarakat). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis tematik. Partisipan penelitian adalah 15 anggota fakultas departemen komunikasi dan konseling yang bekerja di Universitas Negeri dan Azad, serta pakar media dan konselor keluarga dengan pengalaman kerja lebih dari sepuluh tahun, yang dipilih melalui purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan jaringan tematik Attride-Stirling. Analisis data dilakukan berdasarkan pengkodean tematik tiga tahap. Temuan menunjukkan bahwa empati interaksional, sebagai tema global, memiliki lima tema pengorganisasian: empati dalam tindakan, interaksi empatik, identifikasi yang bertujuan, pembingkaian komunikatif, dan penerimaan secara sadar. Tema-tema ini, dalam interaksi yang diartikulasikan satu sama lain, membentuk jaringan tematik empati interaktif pasangan dalam hubungan interpersonal mereka. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa empati interaktif dapat memperkuat hubungan interpersonal pasangan.

Share